Skip to main content

Kepiting Pasir Kecil

Alan adalah seekor kepiting pasir kecil. Seekor, karena begitu biasanya satuan hitung untuk binatang, meskipun saya tidak yakin alan memiliki ekor karena setahu saya ekor biasanya bisa meliuk-liuk seperti ekor kucing  atau bergoyang-goyang seperti pantat ekor itik. Lagipula kepiting memiliki cangkang, dan siapa tahu di dalam cangkang tersebut terdapat ekor.Atau mungkin salahsatu kaki kepiting sebenarnya adalah perkembangan dari ekor? Entahlah. Saya belum pernah membedah dan mencermati isi cangkang kepiting pasir kecil semacam alan dan malah membawa cerita ini semakin ngelantur tidak keruan.

Baiklah, kita kembali ke cerita alan. Alan adalah seekor kepiting pasir kecil mungil. Tubuhnya sangat ringan sehingga seringkali tidak kuat menahan tiupan angin pantai. Warnanya menyerupai  pasir pantai dengan bintik-bintik kecil kecoklatan. Sepertinya supaya alan tetap aman dari pemangsa kepiting kecil. Tapi bukankah dengan begitu alan menjadi tidak mudah terlihat dan bisa saja terinjak pengunjung-pengunjung pantai yang berlarian? Ah, alan. Mungkin nasibmu memang sial. Sialan!



Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2