Skip to main content

Tipe-tipe Penikung

Jalan itu tidak selamanya lurus, karena  hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka. Semua insan pasti pernah merasakannya. Begitu yang pernah saya dengar dari sebuah lagu dangdut yang diputar di suatu tempat dan saya lupa dimana. Yang pasti lirik tersebut cukup menempel di ingatan saya. Iya, yang namanya hidup memang udah ada jalannya dan jalan tersebut juga tidak selamanya lurus atau aspalan. 

Keberadaan tikungan, belokan atau persimpangan jalan membuat kita harus memiliki kemampuan dalam hal tikung-menikung. Meski demikian, tidak semua manusia menghadapi tikungan dengan cara yang sama. Tidak heran, karena memang tiap-tiap manusia punya pengalaman yang bermacam-macam pula. Berikut tipe-tipe manusia dalam menghadapi tikungan.

image from 9gag



1. Penikung limbung.

Penikung tipe ini adalah mereka yang sedang berada dalam tahap coba-coba menyelami dunia pertikungan. Mereka belum terbiasa nikung sehingga tidak heran apabila mereka masih limbung alias mengalami kegoyahan dalam hal tikung-menikung. Namanya juga masih belajar, jadi wajar kalau penikung macam ini belum ahli mengatur kecepatan berdasarkan kecuraman sudut tikungan yang dilalui .  Nikung pelan-pelan dulu sih jadinya. Ibarat anak kecil yang  belajar naik sepeda dengan roda tambahan untuk menjaga keseimbangan, penikung limbung juga butuh bantuan untuk dapat lebih mulus dalam melalui tikungan-tikungan tajam.

2.Penikung bingung 

Sesuai dengan namanya, penikung jenis ini sedang mengalami kebingungan. Penikung ini sering ragu-ragu dalam menghadapi tikungan yang ada di hadapannya.  Berbeda dengan tipe penikung sebelumnya, penikung bingung sebenarnya lebih berpengalaman dalam menghadapi tikungan, hanya saja pengalaman tersebut bukanlah pengalaman yang menguntungkan . Pengalaman ini misalnya pengalaman terpeleset, tersesat atau melihat dan mengalami hal-hal menakutkan, menegangkan, atau mendebarkan setelah atau ketika melalui tikungan. Hal inilah yang membuat penikung bingung menjadi kebanyakan mikir dan bertingkah lebih hati-hati.

3.Penikung beruntung

Penikung tipe ini bukanlah tipe penikung yang berpengalaman. Namun faktor kepercayaan diri serta keyakinan akan keberuntungan yang selalu meliputi mereka membuat penikung jenis ini tidak pernah ragu-ragu dalam menghadapi berbagai bentuk tikungan, bahkan tikungan yang belum pernah mereka lewati sekalipun. Penikung beruntung juga dikenal sebagai pengambil resiko.

4. Penikung ulung

Sesuai dengan julukannya, penikung ini merupakan ahli dalam hal tikung-menikung. Keahlian ini tidak bisa lepas dari pengalaman serta latihan, di samping kemampuan bawaan untuk memahami  dan mengingat medan tikungan serta berbagai macam rangkaian rintangan yang menghadang. Penikung ulung juga mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi didasari bermacam kemampuannya itu tadi. Mereka mampu menyesuaikan kecepatan dengan sudut kecuraman tikungan serta menentukan timing yang tepat dalam  menghindari lubang tanpa rasa cemas ataupun takut meskipun mereka bukan satu-satunya yang sedang berada di jalanan.







Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2