Skip to main content

Enam Pertimbangan Memilih Tempat Nongkrong



Selamat malam, sanak saudara dan handai taulan. Sejatinya saya sudah berulang kali ingin kembali meramaikan linimasa dengan postingan berfaedah. Faedah buat siapa? Paling tidak buat diri saya sendiri. Ehehehe. Soalnya, menulis hal-hal random bagi saya adalah salah satu upaya untuk membebaskan diri dari rasa sesal lantaran seakan-akan saya belakangan cenderung kurang produktif sembari menyalurkan berbagai macam hal yang suka tawuran sendiri dalam benak saya. 

Pada mulanya, saya bermaksud untuk mereview bermacam tempat nongkrong/hengot seperti yang pernah saya janjikan dalam postingan ini maupun ini. Namun demikian, belakangan saya sadar bahwa omongan saya (yang lantas dijadikan sebagai tulisan di blog) cenderung pedes, sehingga bibir saya udah pas banget kalau mau diiket pakai dua karet. Kasihan kalau nanti tempat hengotnya bangkrut gara-gara pada nemu review saya yang nganu. Ehehehe. #alesanajasih. Tapi, kalau butuh pertimbangan, bisa tanya saya secara personal kalau kebetulan memang kenal sama saya.

Tanpa banyak fafifu, berikut enam pertimbangan saya memilih tempat hengot alias nongkrong. 




1. Lokasi
Ini di mana, yha??















"Jadi hengot, kan?"
"Jadiii.... Ketemu di TKP, yess.."
"Tempatnya di mana, sih?"
"Gampang, kok. Pinggir jalan nganu, nanti ada gang, terus...."

Bayangkan kamu mau hengot sama anak rumahan yang jaraaaaang banget makan di luar dan suka nyasar kayak saya.  Atau, temen kamu rumahnya di Jalan Parangtritis, sementara kamu di ujung jalan kenangan. Kalau memang mau hengot rame-rame, kalian harus sama-sama paham lokasi tujuan kalian. Biar hengotnya efisien dan nggak terlalu makan waktu di jalan. Tapi kalau memang mau hengot sendirian dan kamu selo, bebas~. Terserah sih mau tempat yang agak nyempil biar tenang atau lokasi strategis yang kalau deket dari kampus jadi kalau ada urusan lain nggak terlalu makan waktu juga.

2. Wi-Fi 
Aspirin: netbook saya yang sudah pensiun
















Fasilitas Wi-Fi bisa dibilang merupakan nilai plus-plus tempat hengot. Biar hengot jadi lebih produktif dan bisa sekalian hemat kuota. Apalagi kalau kamu nggak mau rugi dan mau sekalian ngerjain tugas. Namun demikian, kalau memang kamu ingin sekadar nongkrong dan ngobrol bareng temen atau cuma mau baca buku, Wi-Fi nggak begitu perlu, sih. Demi obrolan yang lebih berkualitas, yekann~

3. Menu


Enaknya makan apa, yha?















Mau makan nasi padang, kok nongkrong di kofisyop? Salah gaul, boskuhh~ Kalau kamu budak kafein macam saya dan sekadar pengen ngopi-ngopi cantik, barulah kamu meluncur ke kofisyop kesayangan kamu. Tapi, kalau mau hengot ramean, pastikan tempat nongkrongmu menyediakan menu yang sosial, yha. Misal, temen kamu nggak doyan kopi, nggak doyan greentea hanjuk ngombe opo,  yha jangan hengot ke tempat yang spesial cuman ada menu-menu itu doang.

4. Instagramable 
Mau hengot apa foto-foto doang, mb...



Sebagai generasi kekinian, memilih lokasi hengot yang instagramable bisa jadi merupakan kepentingan yang penting nggak penting. Mau harganya mahal, pajaknya 20 persen, atau rasa makanannya nggak sesuai lidah, yang penting bisa foto-foto hits demi konten instagram. 

5.Waiters/Barista
Ngga ada stock foto mas-mas :(
Waiters atau barista di sini bisa juga diartikan sebagai pelayanan. Ketika mood kamu lagi jelek, males banget kan ketemu waiters atau barista yang rese alias nyebelin? Kalau cakep sih lumayan. Bisa sekalian cuci mata. Tapi kalau pesanan kamu salah di kasih ke orang lain, atau malah pesen apa dikasihnya apa, kan ngeselin. Alhasil, itu tempat bisa kamu masukin blacklist dan kamu nggak bakal sudi nongkrong ke situ lagi kecuali dibayarin.

6. Budget
ngopi di angkringan, boskuhh~
Lokasi udah strategis, Wi-Fi lancar jaya, menu-menu sosial komplit, banyak spot foto yang oke, waiters ganteng dan nggak rese. Sounds perfect, right! Tapi... ternyata akhir bulan atau habis khilaf beli buku yang seharga jatah hengot dua hari. Yasuda, sadar diri aja. Kalau sekadar pengen makan enak, masak sendiri aja kalau bisa~ Atau kalau memang bener-bener budak kafein macam saya, beli esspresso yang rasanya kadang embuh aja di I***maret. Ehehehe~




Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2